Monday, 11 June 2012

Apa Bedanya?

Gommenasai! Untuk tulisan yang satu ini aku benar-benar lupa membuatnya. Sebenarnya tulisan ini untuk tanggal 10 Juni 2012. Wah tiak terasa sudah tanggal 10 di bulan yang baru. Dan sedih, aku belum melakukan apapun juga. Hari Minggu seperti biasa, aku pergi misa di gereja. Kali ini aku hanya bedua dengan adikku. Mama pergi ke Banyumas menjenguk Bapak. Kata Abang yang baru berkunjung dari sana juga, Bapak sedang dalam masalah. Sedang banyak pikiran. Mau tidak mau sebagai seorang istri, Ibuku meluncur ke sana untuk menenangkan kegalauan Bapakku. Aku sedih mendengarnya. Setelah sebelumnya mendengar surat keputusan pensiun Ibuku keluar, sekarang bertambah sedih karena sosok Bapak yang sedang banyak pikiran. Aku jadi merasa bersalah. Mungkin aku pun termasuk dalam salah satu pikiran Bapakku itu. Ya, sudah kubahas berulang kali di tulisan-tulisanku sebelumnya, perjalanan studiku yang belum selesai.
Kembali pada misa kemarin. Misa kemarin dipimpin oleh seorang Romo dari tanah Flores. Tetangga Atambua, sebuah daerah dimana kami sekeluarga pernah menetap selama tiga tahun sesuai jangka waktu dinas Bapakku. Bercerita lagi kehidupan kami di sana? Skip dulu, karena bukan itu inti tulisan ini. Hari ini Romo yang bersuara lantang itu, menceritakan bagaimana kehidupan umat Katholik di Flores. Bagaimana umat di sana dapat dengan mudah menghakimi seseorang yang dianggap jahat karena menyelinap ke gereja, menerima hosti, tapi hanya untuk dibuang atau disebut oleh para Romo, pencemaran hosti. Penghakiman yang umat Flores lakukan tidaklah tanggung-tanggung. Oknum tersebut sampai menghembuskan napas terakhir. Ini kemudian menjadi pertanyaan besar untuk Romo itu.
Sesuai dengan sabda Allah yang dibacakan hari itu, mengenai dimana Kristus itu sebenarnya, Romo itu menjelaskan bahwa banyak umat Katholik menganggap Kristus hanya ada di hosti yang hadir di saat konsekrasi. Dan hanya itu yang harus kami hormati. Menurut beliau, itu sangat-sangatlah keliru. Bagaimana tidak? Mengapa justru benda mati seperti itu yang kita hormati, kita sembah? Mengapa hal itu tidak berlaku bagi sesama manusia? Tidak adil bukan? Padahal Allah selalu berkata bahwa kita semua umatnya tidak terpisahkan oleh suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Kristus itu hidup tidak hanya di benda mati tapi yang paling penting di setiap pribadi kita manusia yang mau menerimaNya. Jika tidak, apa bedanya kita dengan oknum seperti cerita umat Flores itu? Mereka bukannya mengampuni dan menghormati oknum tersebut tapi malah menghakiminya hingga tewas. Apa gunanya anda mengenal Allah, mau menerimaNya seperti Dia mau menerima kita seperti kita, jika hati anda masih sulit mengampuni, sulit menghormati, sulit menerima orang-orang yang anda jumpai yang tidak menyenangkan hati anda?

No comments:

Post a Comment