Seharian ini, emosi jiwa sedang tidak stabil. Mengapa? Dari pagi aku sudah dibuat kesal oleh Mamaku yang sedang berkunjung. Memang aku yang meminta beliau datang. Tujuanku agar beliau dapat mengajarkan aku belanja di pasar dekat sini. Karena aku memang tidak pernah dengan langsung belanja di pasar. Aku lebih senang dengan konsep self-service yang ada di supermarket. Aku tidak perlu merasa risih dengan tawaran-tawaran yang dilontarkan oleh para pedagang seperti di pasar. Tapi jika sudah mentok dengan kualitas dan harga, pasarlah tempat yang lebih baik untuk berbelanja. Hal itu sudah kuutarakan sehari sebelum Mamaku kuminta datang. Tapi apa yang terjadi? Tadi pagi dia malah pergi terlebih dahulu ke pasar dengan alasan aku masih tidur. Aku memang sudah bangun jam enam tapi aku yang terlambat tidur masih sangat ngantuk kemudian tidur kembali. Pastinya aku kesal dan mengerutkan dahi pada saat aku bangun hingga berbekas. Bagaimana tidak kesal? Aku yang minta dia datang tapi malah aku yang tidak diajak. Loh? Tujuan dia apa datang kesini? Akhirnya dia pun mengajak aku kembali ke pasar. Tapi karena sudah banyak belanja sebelumnya, jadi yang selanjutnya hanya belanja sedikit sekali sesuai dengan uang yang tinggal sedikit.
Itu di pagi hari. Siang harinya, aku cuma sibuk dengan menelusuri dunia maya sambil terus memikirkan mengenai tawaran wawancara yang datang kepadaku. Ya, seminggu yang lalu aku mengiyakan akan datang ke wawancara sebuah perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan sebuah bank swasta. Pagi tadi aku pun mendapatkan SMS mengenai interview esok hari. Sejujurnya dengan tawaran posisi yang ditawarkan aku masih ragu. Karena setelah mendefinisikan ranah pekerjaannya, ternyata mirip dengan bidang pemasaran atau lazim disebut marketing. Berbeda dengan sales yang berfokus pada penjualan produk secara langsung untuk memindahkan kas konsumen kepada kas perusahaan, marketing lebih berfokus pada strategi dan kesetiaan konsumen pada produk mereka. Meskipun berbeda dengan sales, tapi pada akhirnya yang harus dicapai adalah target penjualan produk. Dari dahulu sebenarnya aku tidak menyenangi dunia marketing. Jika ada acara kampus yang membuka divisi marketing, pasti itulah divisi yang paling kuhindari. Alasannya, harus pasang topeng sabar dan senyum. Tapi memang karma selalu ada ya, di saat aku memang mencari suatu pekerjaan yang kurang lebih tetap (agar aku dapat identitas untuk modem pascabayar) karena aku pun sudah tidak pantas lagi bergantung hidup pada orang tua, dan datanglah tawaran pekerjaan ini.
Tuhan, aku senang Engkau menjawab keinginanku. Tapi Tuhan, apa benar ini datangnya dari Engkau? Karena sebenarnya aku harus buat prioritas, seperti yang Mamaku bilang baru saja. Beliau benar-benar menyebalkan (dan seperti biasanya) selalu menghakimi sebelum mengizinkan seseorang untuk mencoba hal yang baru. Doktrin yang kuat selalu membuat aku ingin menerobosnya dan membuktikan padanya bahwa tembok yang dia bangun itu tidak pernah ada! Beliau keberatan jika aku datang ke wawancara ini karena menurutnya aku harus fokus dulu menyelesaikan tahap akhir kuliahku ini baru diizinkan melanglang buana. Aku mengerti dan sadar sepenuhnya akan hal itu. Tapi egoku ini belum mampu kuputuskan dari kepahitan masa lalu dan pandangan orang-orang. Pikiranku tidak membawaku kepada hasrat dan semangat tinggi untuk menyelesaikan tanggung jawabku yang satu itu. Dengan kata lain aku belum memutuskan untuk melaksanakannya, hanya memutuskan! Langkah awal begitu sulit kurasa, namun dirasa wajar oleh orang lain. Tuhan, tolong pecahkan batas pikiranku yang belum mau mempercayai diriku sendiri bahwa aku mampu melakukan apa yang Engkau rencanakan. Di saat aku datang bulan, sepertinya semua masalah pun datang. Sensitivitas tinggi dan pertumbuhan jerawat yang tinggi memang sangat menggangu kepercayaan diri ini.
Di saat aku bingung, Mamaku datang bukan untuk menenangkan. Beliau malah berbuat sesuka hati dikosanku. Segala kebiasaan beliau yang tidak kusukai ditumpuknya disini. Aku kesal, aku marah, aku sedih. Tapi itu semua tidak dapat kuungkapkan. Dari dahulu Ibuku memang sulit dimengerti dan mau mengerti keadaan orang sekitar. Dia cuma hidup dengan pikirannya sendiri, menurutnya sendiri, sangat teramat egois menurutku. Ampuni aku Tuhan, tapi jujur terkadang aku tidak tahan Tuhan menghadapi dominasi Mamaku yang keterlaluan. Semua harus seperti pandangan dia, semua harus sesuai aturan dia. Aku ingin menangis sekarang. Aku sedang tidak tahu bersyukur dengan senyum sukacita Tuhan. Ampuni aku Tuhan, ampuni aku. Aku mohon petunjukmu Tuhan. Jika memang tawaran wawancara ini datang dariMu, aku mohon tambahkanlah semangatku untuk dapat bangun lebih awal pada esok hari untuk mempersiapkan diri. Namun jika tidak, kurangilah semangatku dan biarkanlah aku bangun terlambat Tuhan. Tuhan, aku berharap, semoga pembaca tulisan ini, tidak mengalami hal sepertiku. Semoga mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak hanya dapat memutuskan tapi juga melaksanakan keputusan itu.
No comments:
Post a Comment