Tuesday, 5 June 2012

Konsistensi Menguji Kesabaran

Sore hari ini, aku memutuskan untuk menulis sebelum kembali ke kosan. Hampir sebulan aku kembali meninggalkan kosan. Hal yang selalu berulang-ulang kulakukan yakni aku selalu ragu atau mungkin sekarang sudah masuk ke tahap takut kembali menghadapai kenyataan hidupku di sana. Sudah dua tahun aku terlambat memenuhi kewajibanku untuk lulus tepat waktu dan membanggakan orangtuaku. Menyedihkan? Sejujurnya iya. Sejujurnya, bukan ini yang ingin kulakukan. Namun, ini sudah menjadi keputusanku saat diminta untuk memilih jurusan apa yang ingin kutempuh di antara Hubungan Internasional dan Kedokteran Hewan. Semangatku ada di Kedokteran Hewan tapi restu orangtuaku ada di Hubungan Internasional. Aku yang dahulu terbawa suasana budaya Timur, dimana seorang anak harus menuruti kehendak orangtuanya demi kelancaran hidupnya, memilih untuk mengikuti saran orangtuaku. Aku berpikir aku dapat mengatasinya. Sayangnya itu hanya pikiranku hingga saat ini karena hatiku menolak dan selalu berontak menyelesaikannya. Keegoisanku ini membawa banyak kekhawatiran bagi setiap keluargaku bakan nenekku. Tapi mereka belum mengerti sesungguhnya yang lebih khawatir dan lebih takut adalah aku.

Allah memang tidak pernah tidur. Setiap waktunNya yang tepat Dia selalu dapat menjawab dan menguji kesungguhan dan ketaatanku. Dan harus kuakui aku masih kalah dalam menguasai diriku. Tidak mengerti ya? Maafkan hehehe. Sejak kejadian "perang" dengan egoku itu, aku berusaha untuk tetap datang kepada Sang Pencipta. Tapi harus kuakui  itu tidak kulakukan dengan kosisten alias berkelanjutan. Tapi, lagi-lagi tapi, Allah yang sungguh baik masih berkenan menjawab doaku, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Misalnya, seperti saat aku berdoa pagi, memohon bimbinganNya untuk tetap menuntun segala pikiran, perbuatan, dan ucapanku hari itu. Supaya aku tidak menaruh dendam dan iri hati dalam pikiranku, tidak mengambil tindakan jahat yang merugikan, dan tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati orang lain. Saat aku memohon dengan sungguh-sungguh aku pasti diuji olehNya. Hari itu pasti akan penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan. Hasilnya seperti yang kutulis, masih kalah.

Sebenarnya setelah kasus Aga itu, aku mengalami banyak lagi pembelajaran hidup. Di saat aku menunggu jawaban dari Allah mengenai Aga, aku yang ling-lung mengalami penipuan yang sampai saat ini merupakan penipuan terbesar dalam hidupku. Aku kehilangan uang tabungan belasan juta rupiah karea ketamakanku ingin mendapatkan Blackberry yang sulit di dapat di Indonesia. Awalnya aku tidak sadar telah ditipu, karena hanya satu unit yang kuinginkan. Namun, setelah aku berkali-kali mentransfer, karena kupikir aku membeli banyak untuk dapat dijual lagi dan barang-barang itu tidak kunjung datang, aku pun langsung putus asa maenyadari apa yang terjadi. Dapatkah anda bayangkan kejadian yang sangat tidak menyenangkan dalam satu waktu? Lebih baik tidak. Belum lagi tidak lama setelah itu, hubungan dingin dan kaku antara aku dengan "sahabat-sahabatku" mulai terkuak kebenarannya. Ya, "sahabat" yang hanya sekedar kata-kata, tidak pernah terbuka, berpura-pura semuanya baik-baik saja hingga sulit mendengar dan memaafkan. Terdengar kacau? Memang kacau. Hingga pada saat puncaknya aku mengalami kecelakaan motor yang lagi-lagi karena emosi. Dan setelah sembuh, masih harus mengalami peubahan struktur wajah karena bom jerawat.

Mengenai pertemanan, kecelakaan, dan bom itu pasti akan kubahas dalam tulisanku selanjutnya. Namun, untuk saat ini, di balik itu semua aku hanya ingin sangat bersyukur telah mengenal sosok Allah. Allah yang begitu setia, konsisten dengan penuh kesabaran terus melatihku melewati itu semua, bahkan untuk yang sekarang ini belum selesai, yakni soal jerawatku, yang pastinya masih membuatku kacau, Allah tetap dengan sabar menerimaku datang. Tahu dari mana? Dari setiap hari, jam, menit, dan detik yang kujalani dalam menerima dan menjalani berkatNya. Dari hal yang sederhana saja. Setiap pagi aku masih dapat bangun dengan napas dari Allah, makanan dan minuman yang kuterima setiap hari, keluargaku yang tetap menerimaku, dan para sahabat yang masih mau mendengarkanku. Konsistensi Allah menguji kesabaranku, ketaatanku, aku harap tidak akan lekang oleh waktu. Siap tidak siap memang nyatanya harus siap untuk waktuNya Allah. Dan terkadang segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk, tidaklah harus memiliki alasan untuk terjadi. Karena saat memahami jadi begitu sulit, belajarlah menerimanya dengan ikhlas, tanpa alasan.

No comments:

Post a Comment